Baca Juga

ADAB DALAM BERPAKAIAN DALAM ISLAM

ADAB DALAM BERPAKAIAN

1.     1.       Pengertian adab dalam berpakaian
Jika diperhatikan cara berpakaian seperti  saat ini, terutama dikalangan para remaja puteri tampaknya sudah jauh dari tuntunan Islam.  Mereka sudah tidak malu-malu lagi mempertontonkan auratnya, bahkan menjadi suatu kebanggaan bagi mereka.  Alasannya, jika tidak berpakaian seperti itu dianggap tidak mengikuti perkembangan mode.  Kita boleh saja mengikuti perkembangan mode tetapi jangan sampai mejgobral aurat.  Jika demikian, bagaimana berpakaian menurut islam ?
Menurut ajaran Islam, berpakaian adalah mengenakan pakaian untuk menutupi aurat, dan sekaligus perhiasan untuk memperindah jasmani seseorang. Sebagaimana ditegaskan Allah Swt, dalam firman-ya:

يبَنِيْ~ ادَمَ قَدْاَنْزَلْنَاعَلَيْكُمْ لِبَاثًايُوَارِيْ سَوْاتِكُمْ وَرِيْشًاوَلِبَاسُ التَّقْوى
ذلِكَ خَيْرٌ طْذلِكَ مِنْاايتِ الله لَعَلَّهُمْ يَذَّكَُّرُوْنَ ﴿ الأءاف : ٢٦﴾
                Artinya:
“Wahai anak Adam! Susungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagaimu tetpi takwa itulah yang lebih baik.  Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalui ingat.” (Q.S. Al-A’raf:26)

Ayat trsebut memberi acuan cara berpakaian sebagaimana dituntut oleh sifat takwa, yaitu untuk menutup aurat dan berpakaian rapi, sehingga tanpak simpati dan berwibawa serta anggun dipandangnya, bukan menggiurkan dibuatnya.
Islam sangan menganjurkan kepada umatnya untuk selalu tanpil rapi dan bersih dalam kehidupan sehari-hari.  Karena kerapian dan kebersihan ini, Rasulullah saw.  Menyatakan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman.  Artinya, orang beriman akan selalu menjaga kerapian dan kebersihan kapan dan di mana dia berada.  Semakin tinggi imam seseorang maka dia akan semakin menjaga kebersihan dan kerapian tersebut.  Sabda Rasulullah saw. dari riwayat Abu Darda :
اَلنَّضأَ فَةُ مِنَ اْلاِيْمَانِ
Artinya :
“Kebersihan merupakan bagian dari iman”
Pakaiana yang kita kenakkan harus sesuai dengan tuntutan Islam dan sebaliknya disesuiakan dengan situasi dan kondisi.  Pada saat menghadiri pesta, kita menggunakan pakaian yang cocok untuk berpesta, misalnya kemeja, baju batik, pada saat tidur, kita cukup menggunakan piyama; dan begitu seterusnya.  Disamping itu, pemilihan model dan warna pakaian juga harus disesuaikan dengan badan kita, sehingga menjadi serasi dan tidak menjadi bahan tertawaan orang lain.

1.     2.       Contoh adab dalam berpakaian
Didalam ajaran Isalam, berpakaian tidak hanya sekedar kain penutup badan, tidak hanya sekedar mode atau trend yang mengikuti perkembangan zaman.  Islam mengajarkan tata car atau adab berpakaian yang sesuai dengan ajaran agama, baik secara moral, indah dipandang dan nyaman digunakan. Diantara adab berpakaian dalam pandangan Islam yaitu sebagai berikut:
a)      Harus memperhatikan syarat-syarat pakaian yang islami, yaitu yang dapat menutupi aurat, terutama wanita
b)      Pakailah pakaian yang bersih dan rapi, sehingga tidak terkesan kumal dan dekil, yang akan berpengaruh terhadap pergaulan dengan sesame
c)       Hendaklah mendahulukan anggota badan yang sebelah kanan, baru kemudian sebelah kiri
d)      Tidak menyerupai pakaian wanita bagi laki-laki, atau pakaian laki-laki bagi wanita
e)      Tidak meyerupai pakaian Pendeta Yahudi atau Nasrani, dan atau melambangkan pakaian kebesaran agama lain
f)       Tidak terlalu ketat dan transparan, sehingga terkesan ingin memperlihatkan lekuk tubuhnya atau mempertontonkan kelembutan kulitnya
g)      Tidak terlalu berlebihan atau sengaja melebihkan lebar kainnya, sehingga terkesan berat dan rikuh menggunakannya, disamping bisa mengurangi nilai kepantasan dan keindahan pemakainya
h)      Sebelum memakai pakaian, hendaklah berdoa terlebih dahulu, yaitu :

اَلْحَمْدُللهِ الَذِ يْ كَسَانِيْ هذَاالثَّوْبَ وَرَزَقَنِيْ مِنْ غَيْرِحَوْلٍــ
مِنِّيْ وَلاَقُوَّةٍ
Artinya :
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi pakaian dan rezeki kepadaku tanpa jerih payahku dan kekuatanku”

1.     3.       Mempraktikkan adab berpakaian dalam kehidupan sehari-hari
Sebagiana muslim yang beriman, hendaknya kamu berpakaian sesuai dengan ajaran Islam.  Bagi wanita, pakaiannya harus menutupi seluruh aurat. Artinya, seluruh tubuhnya harus tertutup oleh pakaian (busana), kecuali muka dan kedua telapak tangan.  Selain itu, seorang muslim juga harus menggunakan pakaian yang pantas dan menarik untuk dipandang, sesuai dengan ukuran tubuhnya.  Begitu pula bagi seorang muslim, pakaiannya harus menutupi aurat dan tidak berlebihan.
Sebagi remaja mesjid, hendaknya kamu yang mulai membiasakan diri berpakaian secara islami sesuai adab berpakaian dalam Islam. Bagi yang sudah melakukannya, pertahankan sampai akhir hayatmu, bagi yang belum, mulailah dari sekarang berpakaian secara Islam. ridak ada kata terlambat untuk berbuat kebaikan . Kamu tidask perlu merasa malu untuk mempraktekkan adab pakaian secara islami, bahkan sebaliknya harus merasa bangga dan percaya diri terhadap apa yang kamu lakukan.
untuk mebiasakan diri mempraktikkan adab berpakaian secara Islami, hendaklah terlebih dahulu untuk [erhatikan hal berikut ini :
a)      Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar niat niat yang baik tidak tergoyahkan
b)      Yakinkan dalam hati bahwa menutup aurat bagi seorang muslim dan muslimah adalah wajib hukumnya, sehingga akan mendapat dosa bagi yang meninggalkannya
c)       Tanamkan keyakinan bahwa Islam tidak bermaksud memberatkan umatnya dalam berpakaian, bahkan sebaliknya memberikan kebebasan dan perlindungan bagi harkat dan martabat umatnya.
d)      Tanamkan rasa bangga telah berpakaian sesuai ajaran Islam, sebagai perwujudan keimanan yang kuat dri diri seorang muslim/muslimah
e)      Ayo, mulailah dari sekarang.


Adab berpakaian lelaki muslim
Bismillaah..
Pakaian merupakan nikmat agung yang telah Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya, supaya mereka menutup aurat mereka dengannya. Kemudian, Allah menambahkan kenikmatan tersebut dengan menganugerahkan ‘riyaasy’ (pakaian indah) sebagai perhiasan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi aurat kalian dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang lebih baik. Hal itu semua merupakan ayat-ayat Allah, supaya mereka berdzikir mengingat-Ku.” (QS. al-A’raf : 26).
Oleh karena itu, seorang Muslim hendaknya memperhatikan ada-adab yang berkaitan dengan pakaian, diantaranya :
Wajib menutup aurat
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya terhadap ayat di atas, “Allah telah memberikan kenikmatan kepada hamba-hamba-Nya berupa pakaian dan raisy (pakaian indah). Pakaian digunakan untuk menutup aurat, dimana hal ini merupakan perkara yang wajib; sedangkan raisy digunakan untuk perhiasan, dimana hal ini merupakan penyempurna dan tambahan.” (Tafsirul Quranil ‘Adziim).
Menutup aurat merupakan adab mulia yang diperintahkan dalam agama islam. Bahkan, seseorang dilarang melihat aurat orang lain, karena hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan, dimana syariat menutup semua celah terjadinya kerusakan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lainnya. ….” (HR. Muslim, 338) Jumhur ulama mengatakan bahwa aurat laki-laki ialah dari lutut hingga pusar.
Mengenakan pakaian sederhana
Hendaknya seorang muslim meninggalkan pakaian mewah dan mahal. Hal ini dapat menjauhkannya dari sifat sombong, dan menjadikannya dekat dengan orang-orang sederhana dan miskin. Selain itu, Allah akan menjauhkannya dari sifat suka berfoya-foya, serta perasaan iri dan dengki dari sesama muslim. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa meninggalkan suatu pakaian dengan niat tawadhu’ karena Allah, sementara ia sanggup mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan seluruh makhluk, lantas ia diperintahkan untuk memilih perhiasan iman mana saja yang ingin ia pakai.” (HR. Ahmad, dan Tirmidzi, lihat Silsilatul Ahaadist ash-Shahiihah : 718)
Memulai dari sebelah kanan
Ummul mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam suka mendahulukan bagian kanan daripada bagian yang kiri ketika mengenakan sandal, bersisir, bersuci, dan dalam semua urusannya (yang mulia).” (Muttafaqun ‘alaih)
Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Kaidah dalam syariat bahwasanya disunnahkan memulai dengan kanan dalam semua urusan yang berkaitan dengan kemuliaan dan keindahan. ” (Syarh Muslim : 1/3/160)
Memakai pakaian Putih
Pakaian berwarna putih lebih baik dari pakaian berwarna lain, walaupun itu tidak terlarang. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pakailah pakaian berwarna putih, karena pakaian berwana putih lebih suci dan lebih baik. Kafankanlah jenazah kalian dengan kain putih” (HR. Ahmad, an-Nasaa’i, dan selain keduanya, lihat Shahiihul Jaami’ : 1235)
Tidak mengenakan pakaian syuhrah (sensasional)
Dikatakan pakaian syuhrah karena pakaian tersebut membuat pemakainya menjadi pusat perhatian, baik karena jenis pakaian tersebut sangat mewah, atau sangat berbeda dengan kebanyakan orang, atau pakaian tersebut sudah sangat lusuh dan compang-camping, atau pakaian tertentu yang dipakai agar menjadi terkenal.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa memakai pakaian syuhrah, maka Allah akan memakaikan pakaian yang serupa pada hari kiamat nanti. Kemudian, dalam pakaian tersebut akan dinyalakan api Neraka.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, lihat Shahiihul Jaami’ : 6526)
Tidak memanjangkan pakaian hingga melewati mata kaki (isbal)
Hadis-hadis yang melarang isbal (bagi laki-laki) sangat banyak, bahkan mencapai batas hadis mutawatir maknawi. Hadits-hadits dalam masalah ini diriwayatkan dari banyak shahabat, seperti : Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Mas’ud, Abu Huraira, Anas, Abu Dzar, dan selain mereka radiyallahu ‘anhum ajma’iin.
Diantara hadis-hadis tersebut ialah
·         Sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Kain sarung yang terjulur di bawah mata kaki tempatnya ialah di neraka.” (HR. Bukhari : 5787)
·         Beliau juga bersabda, “Tiga macam orang yang pada hari kiamat nanti Allah tidak akan mengajak bicara, tidak melihat mereka, tidak menyucikan mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih.” Kemudian beliau melanjutkan, “(Yaitu) musbil (orang yang isbal), mannaan (orang yang mengungkit-ungkit pemberian), dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh al-Albaaniy)
Oleh karena itu, pengharaman isbal secara umum bagi laki-laki merupakan perkara yang disepakati oleh para ulama.
Isbal dan kesombongan
Isbal merupakan dosa besar jika disertai dengan kesombongan. Isbal juga tetap diharamkan, menurut pendapat yang paling kuat, walaupun tanpa disertai kesombongan, karena isbal itu sendiri merupakan kesombongan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hati-hatilah kamu dari isbal, karena sesungguhnya isbal merupakan kesombongan.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, lihat Shahiih Abi Dawud : 3442)
Dimanakah sebaiknya ujung sarung / celana?
Dalam hal ini, terdapat tiga keadaan dimana semua keadaan tersebut merupakan sunnah dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
1.     Tepat di tengah betis. ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sarung Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ialah sampai di tengah betis beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Tirmidzi). Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Sarung seorang mukmin ialah sampai di tengah betis.” (HR. Muslim)
2.     Sedikit di atas tengah betis. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sarung seorang mukmin ialah sampai sedikit di atas tengah betis, kemudian sampai tengah betis, kemudian sampai dua mata kaki. Maka barangsiapa di bawah kedua mata kaki, maka dia di Neraka.” (HR. Ahmad dan Abu ‘Awwaanah)
3.     Di antara tengah betis, hingga mata kaki. Batasan ini bisa diambil dari hadis di atas.
Untuk mendapatkan penjelasan lebih rinci dalam masalah ini, silahkan meruju’ ke kitab Hadduts Tsaub wal Uzroh, wa Tahriimul Isbaal wa Libaasu Syuhrah karya Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah.
Tidak memakai emas dan pakaian sutra
Emas dan pakaian sutra haram dipakai oleh kaum laki-laki, tetapi boleh bagi kaum wanita. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Emas dan sutra dihalalkan bagi kaum wanita dari umatku, dan diharamkan bagi kaum laki-laki.” (HR. Ahmad dan Nasaa’i, lihat Shahiihul Jaami’ : 209)
Tidak menyerupai pakaian orang kafir
Diantara sikap yang seharusnya dimiliki seorang muslim ialah berusaha menyelisihi setiap urusan orang-orang Yahudi, Nashrani, dan orang-orang Musyrik (hindu, budha, dan selainnya). Penyelisihan ini mencakup juga penyelisihan dalam hal berpakaian.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud, Syakh al-Albani mengatakan, “hasan shahiih”)
Tidak menyerupai wanita
Disadari atau tidak, perkara ini telah tersebar di zaman sekarang ini. Kita banyak mendapatkan sebagian pemuda yang menyerupai kaum wanita dalam berpakaian, berhias, dan memilih warna. Padahal, perkara itu merupakan perkara yang dilaknat oleh Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Allah melaknat wanita yang menyerupai laki-laki, dan laki-laki yang menyerupai wanita.” (HR. Bukhari 5885)
Beliau juga bersabda, “Allah melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita, dan wanita yang memakai pakaian laki-laki.” (HR. Abu Dawud dan Hakim, lihat Shahiihul Jaami’ : 5095).
Bersyukur dan mengamalkan doa-doa yang berkaitan dengannya
Segala kenikmatan yang diperoleh oleh seseorang merupakan karunia dari Allah Ta’ala semata. Demikian juga dengan pakaian, dimana hal tersebut merupakan kenikmatan yang sangat agung, juga merupakan karunia dari Allah Ta’ala. Dia Ta’ala berfirman yang artinya, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi aurat kalian dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang lebih baik. … ” (QS. al-A’raf : 26)
Oleh karena itu, sudah seharusnya kita bersyukur atas itu semua, baik dengan hati, lisan, dan anggota badan kita.
Di sisi lain, sebagai bentuk kasih sayang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada kita, beliau telah mengajarkan doa-doa khusus yang berkaitan dengan pakaian, mulai dari doa ketika kita memakai pakaian baru, doa kepada orang yang memakai pakaian baru, dan doa-doa lainnya. Maka, hendaknya seorang muslim bersemangat dalam menghafal dan mengamalkan doa-doa tersebut. Silahkan meruju’ ke kitab-kitab doa untuk melihat secara rinci tentang hal ini, misal kitab Hisnul Muslim karya Syaikh Sa’id bin Wahf al-Qahthaaniy hafidzahullaah.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian kepada kita sebagai rezeki dari-Nya, tanpa daya dan kekuatan dari kita.
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga, shahabat, dan orang-orang yang mengikuti jalan mereka hingga hari kiamat nanti.

Maraji’ Utama :
·         Kitaabul Aadaab, karya Fuad bin Abdul ‘Aziiz Syalhub rahimahullah
·         Mausuu’atul Aadaab al-Islaamiyah (edisi terjemahan), karya ‘Abdul ‘Aziiz bin Fathi rahimahullah
·         Hadduts Tsaub wal Uzroh, wa Tahriimul Isbaal wa Libaasu Syuhrah karya Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah
Penulis : Prasetyo (Mahasiswa STDI Imam Syafi’i Jember)


ADAB BERHIAS

1.     1.       Pengertian adab berhias
Berhias artinya berdandan atau merapikan diri baik fisiknya maupun pakiannya.  Berhias dalam pandangan Islam adalah suatu kebaikan dan sunah untuk dilakukan, sepanjang untuk ibadah atau kebaikan.
Menghiasi diri agar tmpil menarik dan tidak mengganggu kenyamanan orang lain yang memandangnya, merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim, terutama bagi kaum wanita di hadapan suaminya, dan kaum pria dihadapan istrinya.
Islam tidak umatnya berhias dengan cara apa pun, sepanjang tidak melanggar kaidai-kaidah agama atau melanggar kodrat kewanitaan dan kelaki-lakian, serta tidak berlebihan dalam melakukannya. Wanita tidak boleh berhias dengan cara laki-laki, begitu pula dengan sebaliknya laki-laki tidak boleh berhias seperti layaknya wanita.  Sebab yang demikian itu dilarang dalam ajaran Islam.
Perhatikan sabda Rasullulah saw, yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib;

لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلّرِجَأَل اْلمُتَشَابِهِيْنَ بِالنِّسَـاءِ
وَالنِّسَـاءِوَالنِّسَـاءَاْلمُتَشَابِهَاتِ بِالرِّجَالِــ. ﴿رواهالداقـطنى﴾
Artinya :
Rasulullah saw, mengutuk (membeci) laiki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki.” (H.R. Daruquthni)

Dengan demikian, berhias menurut ajaran Islam harus sesuai dengan adab dan tata cara yang Islami.  Sehingga perbuatan menghiasi diri, selain membuat penampilan menjadi indah dan menarik, juga mendapat nilai ibadah dari Allah Swt.

1.     2.       Contoh adab dalam berhias
Agama Islam mengajarkan kepada kita agar senantiasa tampil rapid an menarik.  Artinya, setiap saat kita boleh berhias sekedar untuk membuat kenyamanan bagi diri sendiri dan oran lain yang memandangnya.  Misalnya, menyisisr atau memotong rambut dan merapikannya, membersihkan pakaian dan menyetrikanya, dan sebagainya.  Apabila, kalau berhias untuk tujuan ibadah kepada Allah swt.  Misalnya, berhias untuk melaksanakan shalat lima waktu, untuk pergi pengajian, ke sekolah atau tempat0tempat kebaikan.
Perhatikan firman Allah Swt ;

يَبَنِيْ اَدَمَ خُذُوْازِيْنَتَكُمْ عِنْدَكُلِّ مَسْجِدٍوَكُلُوْاوَاشْرَبُوْا
وَلاَتُسْرِفُوْااِنَّه لاَيُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ. ﴿الأعراف :٣١﴾

Artinya :
“Wahai anak Adam, pakailah pakainmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah tetapi janganlah berlebih-lebihan.  Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”(Q.S. Al-A’raf:31)

Islam tidak menyukai umatnya yang tidak pandai menghias diri, sehingga penampilannya tanpak kumuh, kumal dan dekil.  Sebab hal yang demikian itu tidak dapat mengangkat citra islam di mata orang lain.  Islam sangat meyukai keindahan dan keserasian, maka berhiaslah agar kamu tanpak indah dipandang dan menarik diperhatikan.  Keindahan itu milik Allah, dan Dia menyukai keindahan.
Perhatikan sabda Rasulullah saw. dari riwayat Abdullah bin Abi Aufa:

اِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ اْلجَمَالَــ ﴿رواه أحـمد﴾

Artinya:
Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan.” (H.R Ahmad)

Namun demikian, ketika kita berhias atau berdandan maka hendaknya maka hendaknya menggunakan tata cara atau adab secara Islami, yaitu antara lain:
a)      Memakai perhiasan atau alat-alat untuk berhias yang halal dan tidak mengandung efek ketergantungan.  Misalnya, alat-alat kecantikan tidak mengandung lemak babi, alcohol tinggi, benda-benda yang mengandung najis dan sebagainya
b)      Menggunkan alat-alat atau barang-barang hias sesuai kebutuhan dan kepantasan, dan tidak berlebihan.  Misalnya, menggunakan lipstik melebihi garis bibir, bedak yang terlalu tebal, parfum yang berbau menyengat, dan sebagainya
c)       Mendhulukan anggota sebelah kanan, beu kemudian sebelah kiri
d)      Berhiaslah untuk tujuan ibadah atau kebaikan, misalnya untuk melaksanakan salat, mengaji, belajar, menyabut suami tercinta, dan sebagainya.
e)      Membaca “Basmalah” setiap kali akan memualai berhias, agar mendapatkan berkah dan pahala
f)       Membaca doa setiap kali menghadap cermin untuk berhias

اَللَّـهُمَّ جَمِّلْنِيْ بِالْعِلْمِ وَالتَّقْوَى وَزَيِّنِيْ بِالْحِلْمِ وَاْلاَخْلاَقِ اْلكَرِيْمَةِ.

Artinya :
“Ya Allah, percantiklah aku dengan ilmu dan takwa, dan hiasilah aku dengan hati yang lembut dan budi pekerti mulia”

1.     3.       Mempraktikkan adab berhias dalam kehidupan sehari-hari
Dalam kehidupan sehari hari, kita sering sekali menghias diri,. Paling sehabis mandi pagi, ketika hendak berangkat pergi, baik kesekolah maupun ke tempat kerja.  Oleh karena itu, hendaknya mulai membiasakan diri secara islami, sesuai dengan adab dan tata cara menurut ajaran Islam, agar selain dapat tampil rapid an indah dipandang, juga mendapat pahala dai Allah Swt.
Untuk dapat mempraktikkan adab berhias secara Islami, hendaknya kamu perhatikan terlebih dahulu beberapa hal berikut :
a)      Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar dalam berhias sehari-hari tidak tergoda oleh buju rayu setan yang selalu mengajak berlebihan
b)      Tanamkan keyakinan bahwa berhias termasuk ibadah mendapat pahala, sepanjang tidak dipakai maksiat.
c)       Tanamkan niat, yang suci bahwa berhias hanya untuk kebaikan semata, menambah kepaercayaan diri, dan mengangkat citra agama,
d)      Hindari berhias yang hanya untuk mengharapkan pujian dan sanjungan dari orang lain atau bermaksud menggoda orang lain agar tertarik padanya.
e)      Mulailah mempraktikkan adab berhias secara islami dari sekarang, agar kelak terbiasa menjadi seorang yang pandai berhias untuk ibadah dan kebaikan.


ADAB BERPERGIAN (DALAM PERJALANAN)

1.     1.       Pengertian adab berpergian
Berpergian artinya pergi ke luar rumah, baik untuk tujuan jarak jauh maupun jarak dekat.  Setiap orang pasti adakalnya meninggalkan rumah, bahkan mungkin hamper setiap hari kita meninggalkan rumah, baik untuk tujuan bekerja mencari nafkah maupun untuk tujuan belajar mencari ilmu.
Dalam agama Islam, berpergian keluar rumah, itu harus menggunakan adab atau tata cara, sehingga kepergian kita tidak meninggalkan hal-hal yang tidk diinginkan , dan dapat kemabli kerumah dengan senang dan damai.  Selain itu,berpergian meninggalkan rumahkita akan berada di tengah perjalanan.  Oleh karena itu, baik yang pergi maupun yang ditinggalkan hendaknya saling mendoakan agar keduanya selamat dan dalam lindungan Allah Swt.
Dengan demikian, setiap muslim yang beriman hendaknya memegang teguh adab berpergian yang sesuai dengan ajaran islam.

1.     2.       Contoh adab dalam perjalanan
contoh adab berpergian menurut ajaran agama Islam, yaitu sebagai berikut:
a)      Mengucapkan salam ketika hendak meninggalkan rumah, agar Allah memberikan keselamatan baik bagi yang pergi maupun yang ditinggalkan
b)      Menulis wasiat atau pesan jika ada hal-hal yang dianggap  penting, dan jika berpergian menuju tempat yang sangat jauh dan memakan waktu lama
c)       Saling memaafkan satu sama lain, sehingga tidak ada beban bagi yang hendak pergi maupun yang ditinggalkan
d)      Membaca doa sebelum meninggalkan atau keluar rumah, Doanya ialah:

لبِسْـــمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَ اللهِ لاَحَوْلَــ وَلاَقُوَةَاِلاَّبِاللهِ
Artinya :
“Dengan nama Allah aku berserah diri kepada Allah,tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah”
e)      Berniat sengaja berpergian untuk bekerja atau belajar demi mencari ridha SWT

1.     3.       Mempraktikkan adab berpergian dalam kehidupan sehari-hari
Sebagai pelajar muslim, hendaknya kamu mulai mempraktekkan adab berpergian secara islami sejak sekarang dalam kehidupan sehari-hari, agar kelak kamu menjadi seorang yang memiliki akhlak terpuji ketika hendak berpergian.

Sebelum anda mempraktikkan adab berpergian secara Islami, hendaknya kamu perhatikan terlebih dahulu ketika hendak berpergian
a)      Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar tidak mudah tergoda oleh bujuk rayu setan di tengah perjalanan
b)      Tanamkan keyakinan bahwa setiap perbuatan baik akan mendapat pahala dari Allah SWT, termasuk berpergian dengan baik.
c)       Jangan  melenceng dari niat baik semula, agar perjalanan bejalan dan selamat.  Misalnya, niat berpergian hendak belajar, tapi tenyata melenceng justru jalan-jalan di mal atau di tempat bermain.
d)      Jangan berpergian tanpa arah tujuan yang jelas, sebab hal itu hanya dapat menghambur-hamburkan harta, tenaga, pikirann dan sebagainya.  Lebih berbahaya jika akhirnya tersesat di tengah perjalanan
e)      Setiap hendak berpergian harus terlebih dahulu member tahu anggota keluarga yang lain, agar jika terjadi sesuatu dapat mudah menghubungi atau dihubungi
f)       Mualailah memprkatikkan adab berpergian dari sekarang
g)      Selamat memulai


ADAB BETAMU

1.     1.       Pengertian adab bertamu
Dalam ajaran Islam ada dua konsep yang harus ditegakkan, yaitu Hablum minallah  dan Hablum minannas,Hablum Minallah artinya melakukan hubungan dengan Allah, sedangkan Hablum minannas artinya melakukan hubungan antar sesame manusia.  Bertemu termasuk salah satu dari kegiatan hablum minannas. Jika demikian, apa bertamu itu sebenarnya?
Bertamu adalah berkunjung ke rumah orang lain dalm rangka mempererat silaturahim.  Maksud orang lain di sini adalah tetangga, saudara (sanak famili), teman sekantor, teman seprofesi dan sebagainya.  bertemu tentu ada maksud dan tujuannya, antara lain menjeguk yang sedang sakit, ngobrol-ngobrol biasa, membicarakan bisnis, membicarakan masalah keluarga keluarga dan sebagainya.
Apapun alasannya, seseorang berkunjung kerumah orang lain (bertamu) tidaklah menjadi persoalan.  Yang jelas bertamu itu pada hakekatnya mempererat silaturahmi atau tali persaudaraan.  Orang suka bersilaturahmi akan dilampangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, sebagaimana hadis Rasulullah saw, dari riowayat Abu Hurairah:

قَالَـ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ اَحَبُّ اَنْ يُبْسَـطَ
لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَـاَلَهُ فِى اَثَرِهِ فَلْيَصِـلْ رَحِمَهُ.
﴿رواه البخارى ومسـلم عن أبى هريرة﴾

Artinya :
“Sabda Rasulullah saw.”Burung siapa yang menginginkan diperluas rezekinya dan diperpanjang umurnya maka sebaiknya ia bersilaturahmi.”  (H.R Bukhari Muslim)

Mempererat tali silaturahim, baik dengan tetangga, sanak saudara maupun teman sejawat merupakan perintah agama islam agar senantiasa membina kasih sayang, hidup rukun, tolong menolong, saling membantu antara yang kaya dengan yang miskin dan memiliki kesempatan dengan yang mengalami kesempitan.
Silaturahim tidak saja menghubungkan tali persaudaraan, tetapi juga akan banyak menambah wawasan, pengalaman karena pada saat berinteraksi terdapat pembicaraan-pembicaraan yang berkaitan dengan masalah-masalah perdagangan atau penghasilan, sehingga satu sama lain akan mendapatkan pandangan baru tentang usaha pendapatan rezeki dan sebagainya.
Suasana yang dialami bagi orang yang biasa bersilaturahmi, hidup menjadi lebih menyenangkan, nuaman, dan hati menjadai tentram sehingga hidup ii merasa luas dan lega seakan umur bertambah, walaupun kenyataan yang sebenarnya umur atau ajal manusia sudah ditentukan jauh sebelum ia dilahirkan oleh Allah Swt.
Sabda Rasulullah saw. yang lain dari riwayat Aisyah:

قَالَـ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صِلَةُالرَّحِمِ وَحُسْنُ
اْلخُلُقِ اْلجَوَارِيُعَـمِّرْنَ الدِّيَارَوَيَزِدْنَ فِى اْلاَعْـمَارِ.
﴿رواه أحـمدوالبيـهـقى عن عاشة﴾
Artinya :
“Sabda Rasulullah saw:” Bersilaturahmi, baik budi pekerti dan bertetangga yang baik, akan meramaikan kampong dan dapat menabah umur.” (H.R Ahmad dan Baihaqi dari Aisyah)

Hadis tersebut menambahkan selain bersilaturahmi, berakhlak yang baik (Husnul Khuluq) dan bertetangga yang baik (Husnul Jawari) dapat pula mencptakan suasana yang menyenangkan dan lebih semarak dalam hidup bermasyarakat.
Karena itu ajaran islam member tuntunan atau tatakrama dalam berinteraksi antar sesama misalnya bertamu dan yang menerima tamu.

1.     2.       Contoh adab bertemu
Dalam bertamu ada beberapa tata cara atau adab yang harus diperhatikan, agar suasana pertemuan tidak rusak karena adanya hal-hal yang tidak berkenan dihati masing-masing pihak. Diantara tata cara itu contohnya yaitu sebagai berikut :
a)      Sebelum memasuki rumah seseorang, kita harus meminta izin terlebih dahulu dengan mengucapkan salam, jika tuan rumah mempersilahkan kita masuk, berulah kita masuk ke ruamahnya dengan sopan.
Perhatikan firman Allah Swt :

يَآيُّـهَاالَّذِيْنَ اَمَنُوْالأَتَدْخُلُوْابُيُوْتًاغَيْرَبُيُوْتِكُـمْ حَتىَّ تَسْتَأْنِسُوْا
وَتُسَلِّمُوْاعَلى اَهْـلهَاقلىذلِكُمْ خَيْرُلَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَ كَّرُوْنَ.
﴿النور:٢٧﴾

Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu masukin rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan member salam kepada penghuninya.  Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.”(Q.S An-Nur:27)

b)      Sebagai tamu, apabila kita tidak mendapati tuan rumah, atau merasa tidak diterima oleh tuan rumah karena satu dan lain hal maka tinggalkanlah rumah itu dengan segera.  Tetapi jangan sampai memperlihatkan kekecewaan terhadap perlakuan tuan rumah yang tidak berbudi baik tersebut.




فَاِنْ لَمْ تَجِدُوْافِيْهَااَحَدًافَلاَتَدْخُلُوْهَاحَتىَّ يُوْذَنَ لَكُمْ وَاِنْ قِيْلَ
لَكُمُ ارْجِعُوْافَارْجِعُوْاهُوَاَزْكَى لَكُمْقلىوَاللهُ بِمَاتَعْمَلُوْنَ عَلِيْمُ
﴿النور:٢٨﴾

Artinya :
Dan jika kamu tidak menemui seseorang di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin.  Dan jika dikatakan kepadamu:”Kembalilah!(hendaklah) kamu kembali. itu lebih suci bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan “(Q.S An. Nur :28)

c)       Apabila sudah diterima dengan baik, janganlah berbuat seenaknya di rumah orang, meskipun udah dikatakan oleh tuan rumah, anggaplah sebagai rumah sendiri. Itu adalah hak dan kewajiban dia sebagai tuan rumah, sedangkan kemu mempunyai hak dan kewajiban tersendiri sebagai tamu.
d)      Menjadi tamu dirumah teman dekat harus tetap menjaga kesopanan.  Jangan melihat-lihat semua benda yang ada dirumah itu, kecuali benar-benar dipersilahkan oleh tuan rumah
e)      Jika kita dihidangkan makanan dan minuman maka cicipilah makanan dan inuman tersebut setelah kita dipersilahkan oleh tuan rumah untuk dicicipi, seandainya makanan dan minumana itu tidak sesuai dengan selera kita maka jangan ditampakkan bahwa kita tidak suka, tetapi cicipilah sekedarnya saja
f)       Kalau dirasa sudah sudah cukup keperluannya maka dengan sikap yang agak berat kita berpamitan, untuk pulang.  Tidak lupa sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya atas sambutannya dengan harapan kita akan menanti kedatangannya di rumah kita, dan dapat bertemu kembali dilain waktu

1.     3.       Mempraktikkan Adab dalam kehidupan sehari-hari
Sebagai muslim yang beriman, hendaknya kamu dapat mempraktikkan adab bertemu menurut ajaran Islam, dalam kehidupan sehari-hari.  Untuk dapat mempraktikkan adab bertemu, hendaknya kamu perhatikan terlebih dahulu beberapa hal berikut ini:
a)      Tanamkan keimanan yang kuat di dalam hati, agar tidak tergoda oleh setan ketika bertamu
b)      Tanamkan keyakainan dalam hati bahwa bertamu itu merupakan salah satu sunah rasul, dalam rangka silaturahmi terhadap sesama muslim, baik yang dekat maupun yang jauh
c)       Tanamkan keyakinan bahwa bertemau sesuai adab Islam termasuk ibadah, yang tidak hanya akan mendapat pahala juga dapat memperbanyak saudara dan menghilangkan permusuhan
d)      Pahami dengan baik tata cara atau adab bertamu secara islami, agar dalam pertemuan tidak menimbulkan hal-hal negative dari kedu belah pihak, baik yang bertamu maupun yang menerima tamu
e)      Mulailah membiasakan mempraktikkan adab bertamu secara islam dari sekarang, agar kelak kamu terbiasa bertamu dan menjalin silaturahmi dengan baik terhadap siapa pun
f)       Selamat memulai



ADAB MENERIMA TAMU

1.     1.       Pengertian adab bertamu
Menerima tamu ialah menerima seseorang yang berkunjung ke rumah kita, baik yang berasal dari jauh maupun yang tinggal di dekat rumah kita, yang disebut tetangga atau kerabat.
Sebagai tuan rumah atau orang yang kedatangan tamu, kita harus menerima mereka dengan baik sesuai tata cara atau adab dalam ajaran Islam.  Tamu adalah raja yang harus dihormati dan dihargai.  Sesuai kemampuan dan batas-batas penghormatan tertentu.
Islam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menghormati tamu.  Menghirmatim tidak berarti menjamu dengan makanan dan minuman yang lezat dan mewah, melainkan yang tepenting menunjukkan sikap hormat dan sopan kepada tamu, selama mereka berada di rumah kita.  Menghormati tamu juga berarti mengerahkan segala yang kita punya untuk membahagiakan tamu, apalagi sampai memaksakan diri meminjam atau menghutang kepada orang lain.  Sebab hal yang demikian itu, tidak diperintahkan oleh gama islam.
Oleh karena out, kita wajib menghormati tamu yang berkunjung ke rumah kita sesuai kemampuan yang ada.  Menghormati tidak harus berbentuk materi, makanan atau minuman, melainkan lebih kepada sikap perilaku yang mulia terhadap tamu.
Perhatikan sabda Rasulullah saw. dari riwayat Ka’ab bin Malik:

اَكْرِمُوْاضُيُوْفَكُمْ فَاِنَّ فِيْهِمْ رَحْمَةً. ﴿رواه أحـمد﴾
Artinya :
“Hormatilah tamu-tamu yang berkunjung ke rumahmu, karena sesungguhnya dalam penghormatan terhadap mereka terhadap rahmad.” (H.R Ahmad)

1.     2.       Contoh adab menerima tamu
Kalau kita menerima tamu atau menjadi tuan rumah, terdapat beberapa hal yang harus kita perhatikan, antara lain sebagai berikut:
a)      Apabila kedatangan tamu, kita harus segera menyambutnya dengan penuh hormat.  Jika memungkinkan, kita hidangkan kepada mereka makanan dan minuman ala kadarnya sesuai dengan kemampuan kita
b)      harus bersikap ramah dan sopan, sebab menerima tamu hukumnya wajib, khususnya tamu teman akrab.  Bhakan Rasulullah saw menjadikannya sebagai tolak ukur keimanan seseorang. Perhatikan sabda Rasulullah saw, yang diriwayatkan H.R. Abu Hurairah berikut :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلاخِرِفَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ﴿رواه أحمد﴾
Arintinya :
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia menghormati tamunya “(H.R. Ahmad)
c)       Sebagai tuan rumah, banyak hal yang dapat kita tanyakan atau kita berikan kepada tamu, misalnya tentang kesehatan, keluarga, pekerjaan, peristiwa-peristiwa yang lalu dan sebagainya
d)      Dalam Memberikan sesuatu kepada tamu, jangan terlalu menonjolkan diri sendiri, sehingga membuat tamu tidak nyaman, Selain itu juga jangan mendominasi pembicaraan, sehingga tamu hanya sebagai pendengar, tidak memiliki kesempatan untuk berbicara.
e)      Jangan sekali-kali menanyakkan pertanyaan yang tidak sopan kepada tamu, misalnya:
“Dimana saudara nanti menginap”?
“Kapan saudara pulang dari sini”?
“Akan kemana saudara sesuadah dari sini”?
“Apa maksud saudara dating ke sini”?
f)       Ketika tamu berpamitan hendak pulang, nyatakan persaan sayang dan menyesal atas pertemuan yang begitu singkat. Antarkan ke pintu, dan nyatakan pengharapan kita atas kedatangannya kembali lain waktu.

1.     3.       Mempraktikkan adab menerima tamu
Sebaiknya sejak sekarang kamu mulai membiasakan diri mempraktikkan adab menerima tamu, agar kelak setelah dewasa menjadi seseorang yang berakhlak mulia terhadap para tamu yang mengunjungi rumahmu
Untuk dapat mempraktikkan adab menerima tamu.  hendaknya kamu memperhatikan beberapa hal berikut ini :
a)      Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar setiap kali menerima tamu tidak tergoda dengan bujuk rayu setan
b)      Tanamkan keyakinan yang kuat bahwa menerima tamu itu termasuk ibadah, yang kelak akan mendapat pahala dari Allah SWT, asalkan dikerjakan dengan ikhlas.
c)       Pahami dengan baik bahwa menghormati tamu sama dengan menghormati diri sediri, sebab suatu waktu kita juga akan bertamu ke rumah orang, dan akan merasa bahagia jika mendapat penghormatan dari tuan rumah
d)      Yakinkan dalam hati bahwa setipa tamu yang dating ke rumah kita pasti membawa berkah, dan rahmad dari Allah Swt, baik tamu dari jauh maupun tamu dari dekat
e)      Hidari buruk sangka  terhadap setiap tamu yang berkunjung ke rumah kita, baik tamu keluarga maupun kerabat dan handai taulan
f)       Mulailah dari sekarang menghormati tamu sesuai dengan adab dan tata cara yang islami
g)      Selamat memulai


RANGKUMAN

-         Islam melarang umatnya mengobral aurat, baik aurat laki-laki maupun perempuan. oleh sebab itu, setiap muslim memiliki etika dalama berpergian.
-         Islam menganjurkan umatnya agar senantiasa berhias .  Artinya setiap muslim harus tampil memikat, sehigga tidak membuat orang lain merasa jijik bergaul dengannya.  Oleh sebab itu, setiap muslim harus memiliki etika dalam berhias.
-         Setiap hendak berpergian kita dianjurkan agar selalu menggunakan etika secara Ismali, agar selama berpergian dan setelah tiba di tujuan dan kembali ke kampong halaman senantiasa dalam keselamatan dan dalama rida Allah Swt.
-         Bertamu dan menerima tamu adalah hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari.  Namun yang penting diperhatikan adalah etika bertamu atau menerima tamu.  Sehingga sebagai apa un peran kita, tidak mengganggu hubungan social kemanusiaan.


0 Response to "ADAB DALAM BERPAKAIAN DALAM ISLAM"

Posting Komentar

Blogroll